CAHAYABORNEO.COM, BUKIT BANGKIRAI – Dalam upaya membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) yang selaras dengan kelestarian alam melalui konsep Sustainable Forest City (Kota Hutan Berkelanjutan).
Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengajak tiga organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yaitu World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Yayasan Jejak Pulang, dan The Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) untuk bekerja sama.
Keterlibatan tiga LSM ini ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman (MoU), di Kawasan Wisata Alam Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur (Kaltim), pada Rabu (12/7/2023).
“Hari ini kita ingin memulai satu langkah dari sekian juta langkah yang harus kita lakukan dalam rangka menyelamatkan ‘the mother earth’, ibu bumi kita, dan juga keberlangsungan dari satu ekosistem di planet yang kita cintai,” kata Kepala OIKN Bambang Susantono, pada saat acara penandatanganan Kesepahaman Kemitraan untuk Konservasi Lingkungan dan Satwa Liar ini.
Ia menyampaikan bahwa diperlukan keseimbangan keanekaragaman hayati, keseimbangan lingkungan dalam membangun IKN untuk menjadi Kota Hutan Berkelanjutan yang merupakan konsep baru di dunia.
Bambang menjelaskan bahwa konsep kota hutan melambangkan kekayaan yang luar biasa yang perlu dipadukan dengan ilmu-ilmu modern, sehingga akan ada banyak hal yang dikembangkan dalam membangun IKN.
Bambang juga menjelaskan, pembangunan IKN perlu mempertimbangkan tiga isu yang dikampanyekan secara global, pertama yaitu perubahan iklim yang sangat nyata terjadi. Kedua, masalah lingkungan tentang bagaimana hidup berdampingan antara manusia, alam, dan budaya. Ketiga adalah keanekaragaman hayati. Untuk itu, OIKN mengundang semua pihak untuk bekerja sama dalam membangun IKN.
BOSF sebagai salah satu organisasi nirlaba di Indonesia yang tugasnya melindungi dan melestarikan orangutan, menyambut baik atas inisiatif kerja sama yang dilakukan oleh OIKN untuk melindungi ekosistem lingkungan termasuk satwa orangutan.
“Orangutan, sebagai satu-satunya spesies kera besar di Asia memainkan peran sentral dalam menjaga keseimbangan alam di hutan Borneo yang kaya akan keanekaragaman hayati. Mereka adalah makhluk yang luar biasa dan langka, namun sayangnya populasinya menurun akibat aktivitas manusia yang mengabaikan aspdokek kehidupan satwa,” kata Sekretaris BOSF Riana Andam Dewi.
Lebih lanjut, ia menyampaikan kerja sama dengan OIKN menjadi langkah penting bagi BOSF karena dapat meningkatkan kolaborasi dan aksi nyata dalam konservasi, perlindungan habitat, rehabilitasi orangutan, melepas-liarkan orangutan, serta rehabilitasi lahan kritis dengan peran serta aktif masyarakat sekitar.
Respon positif atas kerja sama ini juga datang dari Yayasan Jejak Pulang yang diwakili oleh Juliarta Bramansa Ottay, Ketua Yayasan Jejak Pulang. Ia berharap kerja sama dengan OIKN dapat memberikan model bagi Indonesia dan dunia, bahwa manusia bisa menemukan pola hidup bersama dengan alam.
“Melalui kerja sama ini, besar harapan kami IKN sebagai kota Nusantara akan menjadi kota berbudaya Indonesia yang mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya, sebagaimana diteladani oleh leluhur kita, dan yang kita impikan di masa depan,” imbuhnya.
Yayasan Jejak Pulang adalah sebuah organisasi rehabilitasi orangutan yang berdiri sejak tahun 2014 di Samboja, Kalimantan Timur. Saat ini Yayasan Jejak Pulang mempekerjakan 90 orang, di mana 90 persennya adalah warga lokal yang membantu 13 orangutan agar bisa kembali ke alam liar.
Yayasan WWF Indonesia juga menyambut baik rencana pembangunan IKN dan kerja sama dalam menjaga keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.
“Kami merasa bangga dapat ikut berpartisipasi dan mewujudkan IKN sebagai ibu kota yang hijau, dalam bentuk ibu kota hutan yang dapat berkembang bersama masyarakat secara berkelanjutan,” ungkap Direktur Eksekutif Yayasan dan CEO WWF Indonesia Aditya Bayunanda.
Aditya menambahkan untuk mencapai cita-cita IKN sebagai Kota Hutan Berkelanjutan, IKN memerlukan daya dukung ekosistem yang mumpuni. Diperlukan perencanaan yang baik agar dapat memitigasi dampak terhadap kehidupan satwa liar, masyarakat setempat, dan lingkungan sekitar IKN.
“Sebagai salah satu pendukung ekosistem terbesar yang diperlukan untuk menjamin keberlanjutan ini, tentu saja kita juga berada di wilayah yang disebut ‘Jantung Kalimantan’, sehingga ini menjadi wujud penting bagi kita secara bersama-sama menjaga lansekap di dalam ibu kota baru kita ini,” tambahnya.
WWF Indonesia akan mendukung pembangunan IKN dalam bentuk penyediaan kapasitas, analisa, serta alat untuk melakukan monitoring, dan juga pengelolaan keanekaragaman hayati. (*)
Sumber: Tim Komunikasi Otorita Ibu Kota Nusantara