PENAJAM – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Penajam Paser Utara, menilai lahan persawahan di daerah berjuluk Benuo Taka itu belum tergarap secara maksimal karena terkendala pengairan.
“Potensi lahan pertanian tanaman padi sangat besar, tapi belum tergarap maksimal,” kata Wakil Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Penajam Paser Utara Syamsuddin Alie di Penajam, Kamis.
“Sistem pengairan menjadi kendala, sehingga potensi lahan sawah produktif belum tergarap maksimal,” ujarnya lagi.
Sejauh ini, lanjut dia, lahan persawahan yang digarap petani baru kisaran 60 persen dari total lahan produktif sekitar 15.000 hektare.
Belum tergarapnya lahan pertanian tanaman padi produktif di wilayah Penajam Paser Utara secara maksimal, sebab sebagian petani terkendala dalam pemenuhan air untuk irigasi.
Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara telah berupaya mengatasi persoalan irigasi tersebut secara bertahap.
“Sambil menunggu pembangunan bendung gerak Sungai Talake, diharapkan masyarakat petani tidak melakukan alih fungsi lahan,” katanya mengingatkan.
Namun dengan belum teratasinya persoalan sistem pengairan, banyak masyarakat petani di Kabupaten Penajam Paser Utara kini mengalih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Alih fungsi lahan pertanian tanaman padi tersebut karena desakan ekonomi keluarga yang harus dipenuhi masyarakat petani, jika menanam padi membutuhkan banyak air.
Masyarakat petani tidak bisa menanam padi sebab selama ini kesulitan mencari sumber air untuk irigasi atau mengairi lahan persawahan.
Syamsuddin Alie menyatakan, sebagai bagian wilayah ibu kota negara, luasan lahan pertanian tanaman padi di Kabupaten Penajam Paser Utara harus terus ditambah untuk ketahanan pangan. (ADV/CB)
Tim Redaksi CahayaBorneo.com