KALTIM  

Pangdam VI/Mlw Ajak Para Prajuritnya Nobar Film

Foto: Pangdam VI/Mlw Ajak Para Prajuritnya Nobar Film. (DOK. Istimewa)

BALIKPAPAN – Banyak cara untuk merelaksasikan pikiran dan tubuh agar kita kembali fresh atau menjadikan bersemangat, salah satunya adalah dengan menonton suatu film. 

Menonton film telah menjadi salah satu kegiatan hiburan yang paling populer di dunia. Sejak penemuan film pada abad ke-19, industri perfilman telah berkembang pesat dan menawarkan berbagai genre, cerita, dan visual yang menghibur.

Menonton film memiliki manfaat yang paling umum, yaitu sarana relaksasi yang menenangkan dan menyehatkan. Jadi, menonton film dapat menjadi salah satu cara untuk bersantai sejenak dari rutinitas harian. Film dapat menjadi salah satu teknik terapi atau sarana psikoterapi, atau terapi film ataupun terapi sinema.

Seperti yang telah dilakukan oleh Pangdam VI/Mlw Mayjen TNI Tri Budi Utomo malam hari ini di Aula Makodam VI/Mlw, Kamis 18 Juli 2024.

Beliau mengajak seluruh prajurit yang ada di Kodam VI/Mlw untuk serentak menonton sebuah karya dari seorang sutradara asal Venlo, Belanda bernama Jim Aasgier atau yang lebih dikenal Jim Taihuttu. 

Sebuah karyanya yang menceritakan tentara Belanda yang berlatarkan Hindia Belanda tahun 1946 selama Revolusi Nasional Indonesia. Prajurit berusia dua puluh tahun Johan de Vries dari Arcentimewa dikirim ke Semarang, di mana tentara Belanda mengemban misi untuk membebaskan rakyat Indonesia dari kekuasaan Sukarno.

Johan percaya pada janji untuk membantu penduduk, tetapi segera menemukan bahwa kenyataannya berbeda: dia memperhatikan bahwa penduduk memusuhi tentara Belanda dan rekan-rekannya pada gilirannya tidak bertindak apa-apa melawan kejahatan perang. Misalnya, tentara Belanda tidak mengambil tindakan ketika kepala desa terdekat ditemukan dipenggal.

Baca Juga :  Dukung Penurunan Angka Stanting, PEP Sangasanga Field Selenggarakan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu di Wilayah Sangasanga

Setelah tiga bulan, saat berpatroli, korps tersebut tiba-tiba diserang oleh gerilyawan Indonesia, yang menewaskan prajurit Werner. Kapten Angkatan Darat Raymond Westerling, yang memimpin aksi kontra-gerilya dan pembersihan terhadap kaum revolusioner Indonesia, lacak pria yang menembak Werner dan melibatkan Johan dalam menyiksa pria tersebut.

Johan dikisahkan merupakan anak dari seorang ayah yang menjadi tahanan dan diketahui adalah seorang anggota terkemuka Gerakan Nasional-Sosialis selama Perang Dunia II yang bertanggung jawab atas kematian lebih dari seribu orang Yahudi Belanda. 

Dipimpin oleh Raymond, kelompok tentaranya membunuhi para tersangka gerilyawan, warga sipil tak berdosa juga menjadi korban rezim kekerasannya. Hal ini membuat Johan galau karena para tersangka tersebut dihukum dan dibunuh tanpa adanya pengadilan. Lambat laun, Johan mulai semakin mempertanyakan moralitas perang tersebut.

Film yang pertama kali tayang pada tahun 2020 di Festival Film Belanda yang menyangkut sejarah merdekanya Republik Indonesia ini sontak menjadi pembicaraan.

Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih RI Prabowo Subianto menyuruh masyarakat terutama prajurit untuk menonton sebuah film berjudul De Oost atau The East.

Rekomendasi itu diungkapkan Prabowo kala memberikan pembekalan kepada calon perwira remaja TNI-Polri pada Jumat (12/7/2024) di Balai Sudirman Jakarta.

“Sekarang saya mau kasih lihat sebuah klip dari sebuah film yang dibuat oleh Belanda. Bukan kita yang buat. (Film ini) berdasarkan surat-surat, buku-buku yang ditulis oleh prajurit-prajurit Belanda tentang apa yang mereka lakukan di Indonesia pada saat perang kemerdekaan 1945-1950 namanya The East, bahasa Belanda De Oost,” perintah Prabowo Subianto dilansir Suara.com dari video TikTok @dekade_08.

Baca Juga :  HUT Penerangan TNI AD Ke-73, Pendam VI/ Mulawarman Gelar Donor Darah

Selesai nobar, Pangdam VI/Mlw menekankan kepada prajurit dan PNS Kodam, selain menggambarkan perjuangan rakyat Indonesia melawan tentara Belanda yang mengatasnamakan perdamaian, film “The East”, juga menceritakan kejamnya penjajah terhadap rakyat Indonesia.

“Film ini mengingatkan kita, bahwa jati diri seluruh rakyat Indonesia adalah pejuang. Bangsa kita adalah Bangsa Pejuang. Sehingga kita merdeka dengan melawan penjajah, bukan merdeka karena pemberian,”tandasnya.

Pangdam menonton bersama para prajurit kodam didampingi Kasdam VI/Mlw Brigjen TNI Bayu Permana, Irdam VI/Mlw Brigjen TNI Udiyanto dan Kapoksahli Pangdam VI/Mlw Brigjen TNI Drs. Yuswandi serta Para Asisten dan para Kabalakdam VI/Mlw. (CB/RILIS/PENGDAMVI/MLW)

Tim Redaksi CahayaBorneo.com

Post ADS 1
Post ADS 1