Cincin Benuo Taka, Kue Jadul dengan Sentuhan Modern dari PPU

Foto: Produk khas Penajam Paser Utara, CIncin Benuo Taka (DOK. Cahayaborneo)

PENAJAM – Di tengah gempuran makanan kekinian yang kian menjamur, ada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) asal Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang berhasil bertahan dan bahkan berkembang dengan menjual makanan jadul yaitu kue cincin.

Dia adalah Yuliana (36) pemilik usaha kue jadul dengan merek Cincin Benuo Taka. Ia berasal dari Desa Babulu Darat, Kecamatan Babulu, Kabupaten PPU, yang dengan tekad dan kreativitasnya, berhasil membawa produk makanan jadul menjadi produk khas PPU ke tingkat yang lebih modern.

Usaha ini bermula dari warisan keluarga. Ibu tiga anak ini mengawali usahanya dengan meneruskan usaha ibunya yang sudah berjualan kue cincin sejak tahun 2000-an. Kala itu, sang ibu berjualan secara keliling, menitipkan produknya di warung-warung sekitar. Namun, pada tahun 2018, Yuliana memutuskan untuk mencoba peruntungan baru dengan memasarkan produknya secara online melalui media sosial Facebook.

“Awalnya, saya coba jual di Facebook. Beberapa teman pesan dan mereka minta opsi ukuran kecil agar tidak terlalu ‘eneg’ saat dimakan,” kata Yuliana.

Dari situ, ia mulai berpikir untuk berinovasi. Tanpa bantuan browsing di Google, ia mencoba memutar otak untuk menciptakan bentuk yang unik dan disukai anak-anak. Hasilnya, ia berhasil menciptakan kue cincin dengan bentuk yang lebih menarik, menggunakan tutup botol air mineral sebagai cetakan kue jadul itu.

Perjalanan usaha Yuliana tidak selalu mulus. Pada tahun 2019, suaminya yang bekerja sebagai pengangkut material mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi COVID-19. Hal ini memaksa mereka untuk lebih giat mempromosikan produknya di media sosial. Dengan tekad yang sangat kuat, Yuliana mulai melayani pemesanan secara delivery dengan layanan gratis ongkir.

Foto: Yuliana (34) pemilik usaha Cincin Benuo Taka asal Penajam Paser Utara. (DOK. CahayaBorneo)

“Alhamdulillah, permintaan semakin meningkat. Bahkan, pada tahun 2020, saat lebaran, pesanan tembus hingga 30 kilogram (kg),” ungkap Yuliana. 

Tahun 2023 menjadi titik balik bagi usaha Yuliana. Ia bergabung dengan Persatuan UMKM PPU binaan dari Rizal Ramadhan selaku ketua dan mendapatkan berbagai pelatihan dari dinas setempat. 

Dari situ, ia mulai memperbaiki kemasan produknya, mendapatkan sertifikasi PIRT, dan bahkan merambah ke swalayan seperti YOFA MART serta ikut dalam segala kegiatan dan event yang dilaksanakan di daerahnya.

“Saya ingin produk saya dikenal sebagai makanan khas PPU. Makanya, saya beri nama Cincin Benuo Taka, untuk mengenalkan bahwa ini asli dari daerah kami,” jelasnya.

Meski sudah mencapai banyak hal, Yuliana tidak berhenti berinovasi. Ia menambahkan varian durian dan jahe ke dalam produknya, yang ternyata disukai oleh masyarakat. Namun, tantangan tetap ada. Produksi yang masih terbatas karena dikerjakan sendiri membuatnya harus berpikir keras untuk meningkatkan kapasitas produksi.

“Saya belum berani mempekerjakan orang lain. Butuh waktu untuk menyiapkan mental dan sistem yang baik,” ujar Yuliana.

Yuliana berharap, suatu saat nanti, Cincin Benuo Taka bisa menjadi produk yang dikenal tidak hanya di PPU, tetapi juga di seluruh Indonesia. Ia ingin terus mengangkat bahwa makanan jadul tersebut tidak kalah saing dengan makanan kekinian jaman sekarang.

“Saya ingin anak-anak muda juga mengenal dan mencintai makanan tradisional kita,” tutupnya. (CB/DMS)

 

Tim Redaksi CahayaBorneo.com



Post ADS 1
Post ADS 1