ENTERTAINTMEN – Tepat di hari kepergiannya, 10 April 2025, bangsa Indonesia bukan hanya kehilangan seorang maestro seni, melainkan juga kehilangan penjaga nilai budaya yang telah mengabdikan hidupnya untuk Indonesia. Di hari itulah, kanal YouTube Deddy Corbuzier menayangkan sebuah video podcast special rekaman perbincangan hangat dan penuh makna antara Deddy dan sang legenda, Titiek Puspa.
Namun, video ini bukan video biasa. Ini adalah wasiat. Titiek Puspa sendiri yang meminta agar rekaman tersebut ditayangkan setelah dirinya tiada. Dan tepat saat napas terakhirnya berhenti, suara dan pesan terakhirnya justru mulai menggema luas, menyapa rakyat Indonesia dari layar kaca.
“Saya tinggal nunggu dipanggil…” ungkap Titiek
Podcast berdurasi hamper 16 menit itu bukan sekadar nostalgia atau bincang santai. Di sana, Titiek Puspa menumpahkan isi hatinya. Ia bercerita tentang kekagumannya terhadap alam Indonesia, leluhur yang menciptakan ragam seni budaya dari Sabang sampai Merauke, dan kegelisahannya melihat bagaimana warisan tersebut perlahan tergeser zaman.
“Saya sampai sekarang tuh masih punya sesuatu yang buat saya itu sangat penting… Saya sangat mengagumi karunia Tuhan yaitu alam semesta Indonesia yang luar biasa, dan saya kagum kepada leluhur saya yang telah menciptakan seni budaya Indonesia.” jelasnya
Nada suaranya sesekali bergetar, tetapi semangatnya tetap membara. Ia bicara dengan ketulusan seorang ibu bangsa yang mencintai warisan leluhur, namun kecewa karena tidak semua anak bangsa menyadarinya.
Seni Budaya Hanya Muncul Saat Ada Acara
Dalam podcast tersebut, Titiek menyoroti satu hal yang membuatnya sedih, budaya kita hanya muncul di permukaan saat ada acara besar atau kegiatan seremonial.
“Kenapa tidak dilestarikan dengan sungguh-sungguh? Hanya muncul waktu ada acara. Harusnya ada satu tempat di setiap ibu kota, apalagi di Jakarta, yang menampilkan seni budaya Indonesia secara rutin.” Harapan Titiek
Ia menyarankan agar seni tradisi seperti wayang orang dan cerita-cerita legenda dibuat menjadi bentuk pertunjukan yang kekinian, seperti drama musikal. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga benang merah budaya aslinya agar tidak hilang.
Bukan Melupakan, Tapi Lali
Deddy Corbuzier lalu bertanya: “Tante, Indonesia sudah melupakan budayanya sendiri?” Pertanyaan itu dijawab dengan lembut, namun mengandung keprihatinan mendalam.
“Sepertinya bukan melupakan, tapi lali.” jawabnya
Menurut Titiek, banyak orang hanya mengenal Bali sebagai ikon budaya Indonesia. Padahal Indonesia begitu kaya, dari Aceh hingga Papua. Ironisnya, Indonesia tidak mempunya teater budaya yang merata, berbeda dengan luar negeri.
“Kita membanggakan pada turis bahwa Indonesia itu begini… tapi kita sendiri kurang menghadirkannya.” lanjutnya
Pesan untuk Generasi Muda dan Guru Seni
Podcast itu menjadi sangat emosional ketika Titiek mulai membahas dirinya sendiri. Ia merasa tidak bisa berbuat lebih, hanya bisa menyanyi dan berkarya dalam keterbatasan. Tapi ia tidak menyalahkan siapa pun. Ia justru memberi semangat.
“Saya bukan pengin jadi apa, jadi pimpinan, no, no. Saya on the line. Saya tinggal nunggu dipanggil.” ujarnya
Ia menitipkan pesan penting kepada anak-anak muda agar belajar budaya di daerah masing-masing. Belajar dari para ahli, dari para guru. Dan untuk guru seni, ia berpesan agar tetap mengajar, tetap bertahan, karena dari merekalah generasi penerus akan lahir.
Titiek menutup pesannya dengan harapan besar: adanya teater budaya di Indonesia. Sebuah ruang untuk pertunjukan seni yang tidak hanya menyajikan hiburan, tapi juga menjaga jati diri bangsa.
“Saya orang seni. Saya sangat ingin teater untuk seni budaya itu ada. Kalau saya kaya, saya sudah bikin. Tapi saya pas-pasan.” Lanjut Titiek
Ia pun menambahkan dengan rendah hati bahwa jika terlalu banyak berbicara, ia mohon dimaafkan. Tapi satu yang pasti: ia menanti, dan memperjuangkan, hadirnya panggung yang membesarkan seni budaya Indonesia.
Titiek Telah Pergi, Tapi Pesannya Akan Tetap Hidup
Titiek Puspa wafat pada usia 87 tahun. Ia meninggalkan jejak panjang sebagai penyanyi, penulis lagu, dan seniman yang tanpa henti menyuarakan cinta untuk Indonesia. Rencanya, jenazah Titiek akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, setelah disemayamkan di Wisma Puspa miliknya.
Namun lebih dari sekadar kepergian, video yang ia titipkan pada Deddy Corbuzier telah menjelma menjadi pusaka terakhir. Wasiat abadi yang menjadi pengingat, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menjaga dan menghormati budayanya sendiri. (CB/NANABQ)