Bukan Sekadar Ngopi: Coffee Shop dan Gaya Hidup Anak Muda

Suasana di salah satu kedai kopi di kota Malang (Dok.Pribadi)

LIFESTYLE – Ngopi sekarang bukan cuma soal minum kopi. Lebih dari itu, ngopi—terutama di coffee shop—sudah jadi bagian dari gaya hidup, khususnya di kalangan anak muda urban. Duduk di pojok ruangan, pesan iced latte atau matcha, buka laptop, atau sekadar ngobrol santai—semua itu sudah jadi “ritual” ngopi masa kini.

Tapi, tahukah kamu kalau coffee shop ternyata punya peran lebih dari sekadar tempat nongkrong? Ini yang dibahas oleh Baiq Nana Marlina dalam jurnalnya yang berjudul “Lifestyle Construction in Coffee Shops in Malang City from the Perspective of Symbolic Violence.”

Coffee Shop = Tempat Bangun Citra Diri

Menurut penelitian Baiq Nana Marlina, coffee shop bukan cuma tempat ngopi biasa. Di kota seperti Malang, coffee shop jadi ruang yang membentuk gaya hidup dan identitas sosial. Misalnya, dari cara orang berpakaian saat ngopi, minuman yang dipesan, sampai pilihan tempat duduk—semuanya bisa menunjukkan siapa diri kita di mata orang lain.

Dalam istilah sosiologi, hal ini disebut dengan “kekerasan simbolik”—di mana tanpa sadar, ada standar sosial yang terbentuk di dalam ruang itu. Artinya, ada semacam “aturan tak tertulis” tentang bagaimana sebaiknya kita tampil dan bersikap saat berada di coffee shop.

Bukan Cuma Nongkrong, Tapi Bikin Koneksi

Ngopi juga jadi cara anak muda membangun koneksi. Banyak yang datang bukan hanya untuk ngopi, tapi juga buat kerja, belajar, ketemu teman, atau bahkan sekadar merasa “ada di luar rumah.” Atmosfer coffee shop yang cozy dan instagramable jadi alasan kenapa banyak orang betah berlama-lama di sana.

Jurnal Baiq juga menunjukkan kalau tempat-tempat ini memfasilitasi proses “internalisasi”—di mana apa yang kita lihat dan alami di coffee shop bisa memengaruhi cara kita berpikir dan berperilaku.

Gaya Hidup atau Gaya-gayaan?

Fenomena ini memang menarik. Di satu sisi, coffee shop jadi ruang ekspresi dan kenyamanan. Tapi di sisi lain, budaya ngopi ini juga bisa bikin kita ikut-ikutan, bahkan konsumtif. Kadang datang ke coffee shop bukan karena pengin kopi, tapi karena pengin “nampak sibuk,” atau biar bisa update story.

Meski begitu, nggak ada yang salah. Coffee shop tetap punya sisi positif: jadi tempat produktif, tempat tenang buat recharge energi, atau sekadar escape sejenak dari rutinitas.

Akhir Kata: Lebih dari Sekadar Secangkir Kopi

Jadi, lain kali kamu duduk santai di coffee shop sambil menikmati kopi favoritmu, sadarilah bahwa kamu sedang jadi bagian dari budaya yang lebih besar. Budaya yang membentuk identitas, membuka ruang sosial baru, dan menunjukkan bagaimana secangkir kopi bisa punya makna yang lebih dalam dari yang terlihat. (CB/NANABQ)

Post ADS 1
Post ADS 1