BALI – Bali International Film Festival (Balinale) 2025 resmi digelar tahun ini. Sejumlah sajian film memukau banyak pengunjung festival ini.
Balinale 2025 dihelat di Icon Bali Mall, Sanur, Bali, pada 1-7 Juni 2025. Di edisi ke-18, festival ini menyuguhkan perjalanan sinematik.
Menjembatani budaya, menampilkan kisah lokal dan internasional. Termasuk memperkuat posisi Bali sebagai pusat budaya dan kreativitas.
Imelda Budiman, salah seorang peserta Balinale 2025 memeriahkan festival ini melalui film yang ia bintangi berjudul Way Back Home (Buen).
Di film itu, Imelda memerankan tokoh utama Ratih, wanita Jawa kekasih Mesala. Sekaligus bertindak sebagai Executive Producer. Film ini masuk seleksi resmi Balinale 2025.
Dalam pembukaan hari pertama Balinale pada 6 Juni 2025, film Buen tayang pukul 16.45 WITA di XXI Bali Icon Mall, Sanur, Bali.
Diketahui, Buen merupakan film karya Andibachtiar Yusuf dengan produser Agustinus Sitorus ini adalah produksi kolaboratif PIM Pictures dan Shanaya Films.
Film Buen merupakan film ketiga Imelda. Di mana, ia berperan didalamnya.
Sebelumnya, ia pernah tampil di film Matadewa (2018). Lalu, Pariban: Idola dari Tanah Jawa (2019).
Haru dan bangga tak terelakkan tatkala film yang ia bintangi, Buen, masuk seleksi resmi Balinale 2025 untuk bisa ditampilkan, terlebih mulai tahun ini Balinale merupakan Oscar qualifying festival.
“Sebagai orang Indonesia yang sudah cukup lama tinggal di Amerika Serikat, saya merasa semakin senang untuk berbagi keindahan budaya kita dengan dunia,” kata Imelda, Sabtu (7/6/2025).
Di film ini, kata Imelda, ide ceritanya tentang kisah suku Dayak dan Paser dari Kalimantan Timur, bagian dari Indonesia yang tak banyak disorot.
“Saya juga melihat ide cerita yang positif dan dalam, yaitu tentang hubungan keluarga. Bagaimana kita bisa melepaskan kepahitan masa lalu, memaafkan, dan melupakan demi masa depan yang lebih baik,” tambahnya.
Selama proses syuting film Buen berlangsung, Imelda, mengaku banyak menemukan pengalaman.
“Kami syuting tepat di daerah Penajam, di daerah 0 KM IKN, di Kalimantan Timur. Syuting dilakukan sebelum ide IKN ada. Kami syuting di pedalaman suku Dayak dan Paser saat puasa Ramadan,” paparnya.
Saat itu, lanjutnya, infrastruktur juga sangat terbatas. Ia dan kru harus naik perahu selama 12 jam untuk mencapai suku Dayak, tepatnya di Mahakam Ulu.
“Kebutuhan pokok seperti air bersih pun sulit didapat karena air berwarna coklat dari sungai. Saya ingat, harus mandi menggunakan air botol kemasan mineral. Koneksi internet juga hampir tak ada,” jelasnya.
Tidak hanya itu, masa Covid-19 setelah itu, serta kendala lain juga turut memperlambat proses pascaproduksi.
Di kesempatan terpisah, pendiri dan Direktur Festival Balinale Deborah Gabinetti menyambut gembira festival ini. Ia menegaskan kembali misi festival.
“Balinale, dengan status Oscar qualifying Festival mulai tahun ini, semakin percaya atas kekuatan narasi yang menghubungkan, menantang, dan menginspirasi. Di sini, masa depan sinema Indonesia bertemu dengan peluang global,” kata Deborah.
Balinale 2025 merayakan hampir dua dekade, membawa sinema berkualitas tinggi ke Indonesia. Edisi 2025 menampilkan lebih dari 70 film dari 32 negara.
Termasuk 8 pemutaran perdana dunia, 25 pemutaran perdana Asia, dan 16 pemutaran perdana internasional, juga 23 film Indonesia.
Nicko Herlambang, asisten pemerintahan dan kesra kabupaten Penajam Paser Utara melihat kehadiran film ini sebagai hal positif yang menjadikan kampanye terbaik pengenalan Kabupaten Penajam Paser Utara melalui dunia sinematografi dengan kritik membangun mengenai pentingnya infrastruktur bagi perkembangan sebuah wilayah, film ini juga melibatkan banyak anak muda dari kabupaten penajam Paser Utara dalam pengerjaan syuting yang dilakukan hingga Kabupaten Mahulu (CB/Rilis)
Sumber : Rilis Film Buen
Editor : Nanabq
Dapatkan breaking news dan berita pilihan langsung di ponselmu!
Gabung sekarang di WhatsApp Channel resmi Cahayaborneo.com:
https://whatsapp.com/channel/0029VaeJ8yD6GcGMHjr5Fk0D
Pastikan WhatsApp sudah terinstal, ya!