SAMARINDA – Kaltim boleh saja membanggakan hamparan lahannya yang subur. Tapi pertanyaan besarnya tetap menggantung di udara: siapa yang akan mengolahnya?
Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menyoroti tantangan fundamental di balik ambisi swasembada pangan Benua Etam. Bagi politisi yang akrab disapa Nanda itu, ketersediaan lahan hanyalah satu sisi dari koin. Sisi lainnya—dan sering diabaikan—adalah ketersediaan petani, terutama dari generasi muda.
“Kita punya lahan subur di Paser, Kukar, dan Kutim. Tapi siapa yang akan menggarapnya jika anak-anak muda tidak lagi tertarik pada dunia pertanian?” kata Nanda, akhir pekan lalu.
Ia mengingatkan bahwa sektor pertanian tidak cukup hanya didorong dengan program bantuan benih atau pupuk. Yang lebih mendesak, menurut Nanda, adalah membangun ekosistem pertanian yang relevan dengan zaman—yakni modern, berbasis teknologi, dan mampu memberi nilai tambah.
“Swasembada tidak bisa tercapai jika sektor pertanian masih dianggap tidak menguntungkan dan ketinggalan zaman,” ujarnya.
Dalam pandangannya, regenerasi petani adalah isu krusial. Jika tidak disiapkan sejak sekarang, Kaltim bisa saja memiliki lahan tidur yang luas, tapi tanpa tangan yang mengolah. Ia mencontohkan, pemanfaatan teknologi seperti soil meter untuk mengukur kesuburan tanah bisa menjadi langkah awal membangun pertanian presisi. Tapi teknologi hanyalah alat, jika manusianya tak siap, semuanya akan mandek.
“Petani milenial itu tidak hanya bekerja di sawah, tapi juga bisa jadi inovator yang memadukan pertanian dengan kecanggihan teknologi,” ucap politisi PDI Perjuangan tersebut.
Nanda mendorong agar pemerintah mulai menyusun peta lahan prioritas yang bisa langsung diintegrasikan dengan program pertanian berbasis digital. Namun, menurutnya, yang tak kalah penting adalah kampanye positif soal pertanian di kalangan muda. “Pertanian harus tampil sebagai sektor yang keren dan menjanjikan,” katanya.
Menurutnya, jalan menuju swasembada pangan bukan semata urusan tanam dan panen, tapi juga keberanian untuk mengubah wajah pertanian secara menyeluruh.
“Jika kita bisa menjadikan pertanian sebagai sektor yang menarik dan menjanjikan masa depan, saya yakin target swasembada bukan hal yang mustahil,” pungkasnya. (ADV/CB/QLA)
Penulis : QLA
Editor : Nanabq
Dapatkan breaking news dan berita pilihan langsung di ponselmu!
Gabung sekarang di WhatsApp Channel resmi Cahayaborneo.com:
https://whatsapp.com/channel/0029VaeJ8yD6GcGMHjr5Fk0D
Pastikan WhatsApp sudah terinstal, ya!