PASER – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Paser menyosialisasikan hasil kajian kelitbangan yang masuk dalam. proses perencanaan daerah.
Hasil kajian kelitbangan yang disosialisasikan itu ada tiga diantaranya Identifikasi dan Analisa Potensi Pengembangan Ekonomi Desa Berbasis Komoditas Unggulan Lokal, Demplot Pilot Project untuk pengembangan 5 produk unggulan Desa Paling Potensial dan Budidaya Perikanan.
“Tahun 2023 sebenarnya ada delapan kajian, dari jumlah itu dipilih tiga kajian yang prioritas untuk segera ditindaklanjuti pada tahun ini atau tahun pertama, ” Kata Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan pada Bappedalitbang Paser Sujono Cipto Trisno, usai kegiatan sosialisasi hasil kelitbangan di ruang Simpepeda Bappedalitbang, Kamis (5/9).
Untuk itu, kata dia, pemerintah daerah telah menyediakan anggaran sebesar Rp. 500 juta untuk pengembangan atau menyusun produk unggulan desa paling potensial.
Menurut Sujono, produk unggulan desa paling potensial tersebut adalah kopi kopi, amplang borju, amplang bulan bulan, minyak goreng marwah uf, petis dan kerupuk udang tanjung aru.
Ia mengatakan dalam sosialisasi ini pihaknya menghadirkan tim panel ahli dari Universitas Mulawarman.
“Tim panel ahli ini memaparkan hasil kajian dan penelitiannya, ” kata Sujono,
Menurut Sujono, sosialisasi digelar untuk menindaklanjuti rekomendasi tim panel ahli agar hasil kajian tersebut bisa diimplementasikan.
” Pada acara sosialisasi ini, kami mengundang perangkat daerah terkait untuk selanjutnya akan dibentuk tim satuan tugas atau satgas pengembagan produk daerah,” katanya.
Profesor Dr. Irawan Wijaya Kesuma salah satu panel ahli mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi di Paser masih didominasi sektor tambang yang hampir mencapai lebih 60 persen.
“Karena pertambangan merupakan sumber daya alam terbatas maka perlu mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alamnya untuk menghasilkan produk bernilai tambah, ” katanya.
Pada kajian pengembangan produk unggulan lokali, kata dia, timnya menggunakan konsep one village one product (OVOP) atau satu desa satu produk.
Namun dari hasil kajian produk unggulan yang ada hanya beberapa produk yang perlu dikembangkan dengan memperhatikan nilai komersial yang tinggi. Syaratnya kata dia yaitu, produk lokal bersifat global, kemandirian dan kreativitas serta pengembangan sumber daya manusia.
Sementara itu, panelis lain Prof. Dr. Priyagus, SE, MSi mengingatkan keberhasilan pengembangan produk unggulan daerah kuncinya ada di pemerintah daerah.
” Suka tidak suka pemerintah daerah harus hadir menjadi leading-nya, pendekatan tidak bisa lagi bottom up tetapi top down, ” katanya.
Karena itu pemerintah daerah harus menindak lanjuti apa-apa rekomendasi dari tim penyusun kajian. Bentuk nyata dari dukungan pemerintah adalah berupa anggaran.
Kemudian kata dia, untuk keberlanjutan produk daerah agar tetap bertahan pemerintah daerah perlu menciptakan permintaan efektif ( effective demand) melalui kebijakan pemerintah daerah.
“Misalnya, dalam setiap kegiatan pemerintah daerah, maka gunakan atau utamakan produk lokal, ‘ Katanya. (CB02/05)