Menu

Mode Gelap
Basuki Hadimuljono dan Jess Dutton Bahas Kolaborasi Infrastruktur Berkelanjutan untuk Ibu Kota Nusantara PUPR PPU Terkendala Pembangunan Infrastruktur di Wilayah Dekat IKN Jaga Kelestarian Lingkungan Lewat Penanaman Pohon di KIPP IKN Delegasi Sabah Kunjungi Ibu Kota Nusantara, Eksplorasi Potensi Investasi dan Kerja Sama Otorita IKN Terima Kunjungan Delegasi Pengusaha Rusia, Bahas Peluang Kerja Sama Pembangunan IKN PPU Hadapi Tantangan Ketenagakerjaan, Dorong Peningkatan Kapasitas

PENAJAM PASER UTARA

Mandau: Simbol Keberanian dan Kearifan yang Terus Ditegaskan Identitasnya oleh Generasi Dayak

badge-check


					Foto: Senjata tradisional Suku Dayak, Mandau (Dok. Cahaya Borneo/AJI) Perbesar

Foto: Senjata tradisional Suku Dayak, Mandau (Dok. Cahaya Borneo/AJI)

PENAJAM — Mandau, atau yang juga dikenal sebagai Parang Ilang dan Malat, bukan sekadar senjata tajam biasa. Bagi Suku Dayak di Pulau Kalimantan, pedang pendek ini merupakan pusaka hidup yang sarat nilai budaya, spiritual, dan simbolik, melintasi batas geografis Indonesia hingga ke Sarawak, Sabah, dan Brunei.

Jauh dari citra senjata perang semata, Mandau merepresentasikan identitas, kehormatan, dan kekuatan magis yang telah mengakar dalam peradaban Dayak selama berabad-abad.

Bukti paling awal yang menyerupai bentuk bilah Mandau ditemukan pada prasasti-prasasti kuno, termasuk Prasasti Sadadu di Kalimantan Barat (Kalbar), yang diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi. Meskipun penggunaannya meluas sebagai senjata tradisional Indonesia baru dimulai sekitar abad ke-17 hingga ke-18, Mandau telah diakui sebagai simbol persatuan yang mengikat seluruh rumpun Dayak Kalimantan.

Pada masa lampau, fungsi Mandau sangat kental dengan aura mistis. Senjata ini dianggap sebagai benda keramat yang hanya dihunus dalam acara ritual penting, seperti perang, perlengkapan tarian adat, upacara besar, hingga tradisi pengayauan (memenggal kepala musuh) yang kini telah lama dihentikan dan menjadi bagian dari sejarah kelam. Keberadaannya kala itu murni bersifat sakral dan tidak digunakan sembarangan.

Keistimewaan Mandau terletak pada bahan baku dan proses pembuatannya. Bilah Mandau yang asli sering kali terbuat dari jenis batu Mantikei, batu gunung berbesi khusus yang diolah melalui seni tempa tradisional oleh seorang ahli yang disebut penetak.

Logam Mantikei ini menghasilkan bilah yang lentur, kuat, dan tajam abadi. Menariknya, proses pembuatan Mandau juga melibatkan ritual dan puasa tertentu, di mana pandai besi memohon petunjuk untuk “mengisi” bilah dengan kekuatan spiritual atau roh leluhur.

Mandau memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai alat kerja sehari-hari (Mandau Ladang) untuk menebas di hutan, sekaligus sebagai perlengkapan adat (Mandau Adat) yang dipercaya memiliki kekuatan penangkal.

Ketua Sabang Merah Borneo, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), menjelaskan bahwa ukiran rumit pada gagang dan bilahnya juga menjadi penanda status sosial atau kedudukan tinggi pemiliknya. Bahkan, dalam keyakinan beberapa sub-suku, Mandau menjadi bekal kubur yang penting untuk kehidupan setelah mati.

“Mandau memiliki bagian-bagian yang artistik dan penuh makna. Gagangnya sering diukir dari tanduk rusa menyerupai kepala burung enggang—burung keramat Dayak—dan dihiasi bulu atau rambut,” ujarnya, Rabu (5/11/2025).

Sementara itu, bilahnya (loneng/isin) sering bertatahkan perak atau tembaga sebagai penangkal. Salah satu yang paling melegenda adalah kisah tentang Mandau Terbang, sebuah bilah yang dipercaya dilengkapi ilmu kanuragan sehingga mampu menyerang musuh secara tak terlihat.

Di tengah gempuran modernitas, Mandau terus dilestarikan oleh masyarakat Dayak sebagai warisan kultural tak ternilai. Benda pusaka ini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah dan pertempuran, tetapi juga cerminan filosofi Dayak yang menempatkan harmoni antara manusia dan alam.

“Pelestarian Mandau menegaskan identitas Dayak, dan kami bangga akan keberanian serta kearifan kami,” terangnya. (CB/AJI)


Reporter   : Aji Yudha

Editor        : Nanabq

Dapatkan breaking news dan berita pilihan langsung di ponselmu!
Gabung sekarang di WhatsApp Channel resmi Cahayaborneo.com:
https://whatsapp.com/channel/0029VaeJ8yD6GcGMHjr5Fk0D
Pastikan WhatsApp sudah terinstal, ya!

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Saatnya Sawit Menghidupi Rakyat, Bukan Sebaliknya

19 November 2025 - 13:25 WITA

Wabup PPU Terima Kunjungan Ketua PTA Samarinda, Bahas Penguatan Layanan Peradilan Agama

19 November 2025 - 12:18 WITA

Wabup Abdul Waris Dampingi Kajari Sambut Kajati Kaltim di Penajam Paser Utara

19 November 2025 - 12:13 WITA

Mudyat Noor Resmi Pimpin AKPSI 2025–2030, Terpilih dalam Munas II di Jakarta

19 November 2025 - 12:08 WITA

Kartu Penajam Cerdas Resmi Diluncurkan, Siswa Baru 2025 Dapat Bantuan Pendidikan Langsung

17 November 2025 - 16:08 WITA

Trending di ADVERTORIAL KOMINFO PPU