PENAJAM—Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Penajam Paser Utara (PPU) secara konsisten memperkuat upaya membudayakan literasi di tengah masyarakat, khususnya menyasar segmen pelajar dan generasi muda. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen dinas untuk menumbuhkan fondasi intelektual yang kuat sebagai modal utama menghadapi tantangan masa depan.
Hal ini perlu didukung dengan peningkatan kemampuan berpikir mendalam, karena intelektualitas adalah kunci dalam melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kritis dan kompetitif. Menurutnya, proses pelatihan kebiasaan membaca dan kemampuan analisis harus diintensifkan agar pelajar memiliki nilai tambah yang esensial di era perkembangan teknologi yang pesat.
Kepala Dispusip PPU, M. Yusuf Basra, menjelaskan perlunya pergeseran paradigma berpikir di kalangan pelajar. Ia kerap menyampaikan bahwa prinsip “ingin menjadi apa” harus diubah menjadi “ingin membuat apa”. Perubahan pola pikir ini penting untuk mengarahkan fokus pelajar agar tidak hanya terpatok pada profesi semata, melainkan pada nilai dan karya yang dapat dihasilkan melalui profesi tersebut.
“Untuk mewujudkan lahirnya karya nyata, kami menggalakkan kegiatan literasi yang terstruktur, salah satunya melalui Lomba MIS BAPER (Menulis Karya Tulis Ilmiah Bersama Perpustakaan). Lomba ini menjadi sarana konkret bagi pelajar untuk menuangkan gagasan dan menghasilkan karya tulis yang sistematis dan teruji,” ujarnya pada Minggu (23/11/2025).
Melalui partisipasi dalam lomba tersebut, pelajar diarahkan untuk melakukan serangkaian proses mulai dari riset awal, analisis persoalan, penulisan sistematis, hingga tahap revisi dan evaluasi. Proses yang menyeluruh ini dinilai vital dalam membentuk karakter pelajar yang adaptif, kreatif, kritis, serta mampu melahirkan produk intelektual yang dapat dibanggakan.
Lebih lanjut, Yusuf Basra menyoroti tantangan sosial berupa fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang sering menjebak kaum muda untuk sekadar ikut-ikutan tren tanpa pemahaman mendalam mengenai tujuan yang ingin dicapai. Ia mengingatkan bahwa memiliki pendirian berarti memiliki prinsip, visi, dan proses yang jelas, bukan sekadar mengikuti keramaian.
“Orang hebat tidak melakukan apa yang dilazimi orang banyak. Mereka punya prinsip, mulai berproses dari awal, berjuang sampai selesai, dan mampu merespons setiap tantangan dengan baik,” tutupnya.
Hal tersebut juga menegaskan bahwa kemandirian berpikir adalah ciri utama dari individu yang akan menjadi pemimpin di masa depan. (ADV/CB/AJI)
Reporter : Aji Yudha
Editor : Nanabq
Dapatkan breaking news dan berita pilihan langsung di ponselmu!
Gabung sekarang di WhatsApp Channel resmi Cahayaborneo.com:
https://whatsapp.com/channel/0029VaeJ8yD6GcGMHjr5Fk0D
Pastikan WhatsApp sudah terinstal, ya!







