CAHAYABORNEO.COM, PENAJAM – Setelah ditunjuknya Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur (Kaltim), sebagai Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, PPU sudah semesinya melakukan berbagai macam persiapan dalam pemindahan ibu kota yang akan menggantikan Jakarta itu.
Persiapan pemindahann IKN Nusantara ini harus dilakukan pemerintah daerah secara matang mengenai pengembangan wilayah khususnya di wilayah pedesaan.
Kesiapan itu, diseriusi oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten PPU, pada kesempatan ini DPMD melaksakan pertemuan dengan beberapa akademisi atau dosen dari Universitas Mulawarman (Unmul).
Salah satu akademisi, merupakan dosen Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Mulawarman Adi Wijaya mengatakan, kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman terkait Smart City di PPU.
“Ada lima indikator yang mendukung Smart City yakni Faktor Ekonomi, Sosial, Lingkungan, Teknologi Informasi, dan Komunikasi,” ucap Adi Wijaya.
“Desa-desa yang ada di PPU juga harus memperhatikan faktor-faktor tersebut dalam mewujudkan Smart Village,” tambahnya.
Menurutnya, desa yang ada di Benuo Taka juga telah mencanangkan hal tersebut jauh sebelumnya menjadikan desa digital dengan berbagai perangkat desanya.
“Ternyata desa-desa di PPU ini sudah ada program Desa digital, ini sangat bagus, berarti menunjang dari pada smart city itu,”
Dirinya juga mengatakan bahwa pertemuan ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya untuk menggunakan teknologi informasi, salah satunya seperti website desa yang harus dikembangkan kedepannya.
“Harapan kedepannya mudah-mudahan dengan hadirnya IKN nanti, kita khususnya PPU sudah bisa mempersiapkan diri untuk mengarah ke Smart City itu,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Kelembagaan Sosial Budaya Masyarakat, DPMD Kabupaten PPU Nuryulianita, mengatakan sebanyak 20 desa diundang dalam pertemuan itu.
“Mereka minta difasilitasi dari DPMD terkait smart city, kebetulan dari DPMD ada program desa digital. Jadi kita undang 20 desa yang ada di PPU,” ujarnya.
Ia berharap, akademisi yang memiliki kajian tersebut memberikan pemahaman kepada perangkat desa yang hadir, sehingga menghasilkan gagasan yang diharapkan yakni desa cerdas atau smart village. (ADV/CB)
Tim Redaksi CahayaBorneo.com